KREATIVITAS: MELAHIRKAN BANYAK KEUNIKAN
Selamat
bertemu kembali di Sudut Beranda Teman-teman!!!
Kali
ini saya mau bercerita mengenai hal yang saya dapatkan saat liburan di akhir pekan beberapa waktu lalu. Sebelumnya, maaf saja, karena saya hanya ingin berbagi
pengalaman sekaligus mengabadikannya lewat tulisan. Tentu hal unik dan menarik ini, bisa saja sebagai salah satu rekomendasi dalam list perjalanan anda bila sedang berlibur di Pulau Dewata. Jadi, semoga apa yang saya
temukan, bisa anda terima dan bermanfaat.
sebelum memulainya, saya sedikit
bercerita, bahwa biasanya di akhir pekan, saya manfaatkan waktu liburan untuk melancong ke tempat-tempat wisata unik atau mencari info mengenai
hal-hal yang menarik untuk diberitakan. Ya, kalau boleh di bilang, itu juga karena tuntutan pekerjaan saya sebagai jurnalis, tepatnya sebagai wartawan yang belum lama ini saya
geluti. Ke pelosok-pelosok desa dengan menempuh jarak yang sangat jauh, bahkan kalau hujan badai saat itu pun (sedikit lebay), harus saya tempuhi. Mau di bilang susah,
tidak juga. Pada dasarnya sih, saya berpikir, kalau, tidak ada pekerjaan yang gampang dan mudah untuk kita
lakukan. Pekerjaan seperti ini sangat saya nikmati, karena konon katanya, pekerjaan yang
menyenangkan itu adalah hoby yang di bayar. Tapi bukan berarti
hobi saya sukanya jalan-jalan. Hehehehe. Selama itu juga, ada hal dan pengalaman
baru tentang keunikan alam, budaya, dan masyarakatnya yang saya temukan selama
bekerja di Bali. Saya pun tidak mau menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, karena
siapa saja dan bahkan anda pasti sangat menginginkan agar bisa menelusuri setiap keindahan di pulau
yang kaya dan damai ini. Biar tidak bertele-tele dan bingung dengan awal paragraf
saya, jadi langsung saja saya bercerita,,,ok.
CERITA I
MENGENAL
LUKISAN UNIK DI BALI
I Made Dupa, seniman Bali pertama yang menciptakan lukisan kelopak pisang (Foto;Gheryl Ngalong) |
Ada
yang berbeda dan unik kali ini. Bagi kalian yang sudah pernah berlibur di Bali,
tidak lah lengkap bila anda belum membeli bahkan memiliki cinderamata sebagai
kenang-kenangan pengalaman liburan menarik anda di pulau Dewata. Cinderamata
itu pun berbagai macam bentuk dan jenisnya. Masing-masing menyimpan keunikannya
tersendiri, mulai dari kalung, gelang, pernak-pernik hiasan untuk di pajang,
hingga patung dan lukisan. Tentu mudah bagi kita untuk menemukannya, karena
cinderamata itu terdapat di hampir setiap objek wisata yang ada di Bali.
Tetapi, kalau anda bosan dengan cindera mata yang itu-itu saja, kali ini saya
akan menginfokan sesuatu yang berbeda dari biasanya, yaitu lukisan hasil
kreatifitas para seniman Bali dengan mendaur ulang kelopak pisang.
Lukisan
kelopak pisang ini terlihat unik dan sangat indah, hasilnya tidak jauh berbeda
atau bahkan melebihi dari lukisan-lukisan yang sering digambarkan di atas
kanvas dengan cat berwarna. Menariknya lukisan ini menggunakan bahan dasar dari
pelepah pisang yang sudah di keringkan. Memang benar, tak ada satupun yang
terpikirkan, kalau limbah pelepah pisang yang sering di anggap benda tak
berguna ini bisa melahirkan suatu karya seni dan bernilai tinggi. Limbah ini
sering di buang begitu saja ketika kita membersihkan pohon pisang, menumpuk di
pinggiran jalan, di tempat pembuangan sampah, dan bahkan menimbulkan bau yang
kurang sedap apabila dibiarkan membusuk. Tetapi, hal seperti itu bisa
dipatahkan oleh I Made Dupa, pria kelahiran Banjar Petang Suci, Desa Petang,
Kecamatang Petang, Kabupaten Badung-Bali.
Saat
ditemui di rumah yang sederhana itu, I Made Dupa yang sebelumnya sebagai
pengerajin patung Menjelaskan bahwa proses pembuatannya tidak terlalu susah.
Karena pelepah pisang yang sudah di keringkan selama 2-3 hari ini tinggal di
tempel menggunakan lem kayu, hingga tersambung menjadi satu kesatuan,sesuai
ukuruan yang diinginkan. “awalnya sejak
tahun 2001, selama 2 tahun saya coba-coba saja untuk membuatnya hingga terbiasa
menghasilkan bentuk yang bagus,” ujarnya saat di wawancarai beberapa waktu lalu,
Minggu (12/6). Dia juga menambahkan, untuk menghasilkan lukisan yang bagus,
tidak menggunakan sembarang pelepah pisang. I Made Dupa lebih menggunakan
pelepah pisang saba yang ada dan tumbuh di sekitar desa Petang.
Saat
itu pula, ketika saya dan pacar saya, Atok Pantur sedang mengamati pajangan
koleksi lukisannya, I Made Dupa dengan ramah dan semangatnya bercerita tentang
awal ide pembuatan lukisan berbahan pelepah pisang. Dia menjelaskan, kalau
keadaan ekonomi keluarganya saat tahun 1998 (krisis moniter di Indonesia)
sangat kacau. Bahkan dia yang awalnya sebagai pengerajin patung, terpaksa harus
berhenti karena tidak adanya pesanan dari konsumen, serta bahan bakunya yang juga
mahal. “setiap sore saya selalu memperhatikan istri saya yang dengan
semangatnya sedang mengiris batang pisang untuk makanan babi. Di belakang
rumah, banyak sisa-sisa kulit pisang yang sudah kering terbuang percuma. Nah,
dari situlah ide saya untuk mengumpulkan satu per satu,” jelasnya dengan
serius.
Dengan
bahan pelepah pisang yang sudah di keringkan itu, dia menambahkan bahwa,
sebelum di tempelkan ke tripleks, terlebih dahulu dia memilah-milah pelepah
yang ingin digunakan dan mulai mengukirnya sesuai dengan apa yang mau di
gambarkan. Jenis pelepah saba yang sudah di keringkan inilah, menjadi bahan
satu-satunya yang memiliki serat yang memudahkannya untuk membuat bentuk
lukisan kolam, gunung, pohon, serta garis-garis yang bisa menyerupai rumah dan
makluk hidup lainnya.
Bahan: pelepah pisang dan kotoran rayap digunakan untuk melukis |
Hasil
yang menakjubkan. Dia mengakui, hasil karyanya sudah banyak di lirik wisatawan.
Bahkan, lukisannya pernah di beli dan di pajangkan di kantor Gubernur Bali. tak
jarang juga, dia di undang untuk mengikuti pameran-pameran karya seni di Bali
hingga keluar kota, seperti Bandung dan Jakarta. Pokoknya, banyak hal yang dia
ceritakan selama bergelut sebagai pengerajin seni lukis kelopak pisang.
Beberapa piala dan sertifikat, hingga pemberitaan tentangnya di media massa (koran
harian) dahulu, ditunjukannya kepada kami sebagai bukti perjalanan hidupnya.
Nah,
jika anda di Bali dan ingin membelinya sebagai cinderamata menarik untuk
dipajangkan di rumah atau di tempat nongkrong anda, lukisan kelopak pisang ini
bisa anda temukan di Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Tepatnya di Gedung
lantai 2 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopperindag),
Badung. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bagi anda yang memesan lukisan
kelopak pisang sesuai dengan gambar yang diinginkan. “ya...saya juga melayani
konsumen yang menginginkan ukuran dan gambarnya sesuai dengan permintaan. Kalau
mau memesan, bisa dapatkan kartu saya di kantor Puspem Badung, disana ada
tersedia stan penjualan lukisan saya dan ada kartu nama saya disana,” jelasnya
dengan bangga.
Mengenai
harga, anda tidak usah khawatir, karena masih tergolong murah. Untuk ukuran 10
R di bandrol dengan harga 150.000 rupiah, lalu untuk ukuran besar, seperti 80
60 di bandrol dengan harga 2 juta. Jika anda
ingin bertemu langsung sekaligus melancong ke desa Petang, malah lebih bagus
lagi. Walaupun anda harus menempuh waktu perjalanan hingga 2 jam untuk sampai
kesana, kelelahan anda akan terbayarkan dengan indahnya pesona alam persawahan
di desa-desa yang ada di Kecamatan Badung. Landscape Saat anda memasuki desa
Petang, rumah I Made Dupa berlokasi di kiri jalan tepat disebelah balai banjar
adat Petang Kaja, desa Petang. Disana, anda akan terpukau dengan hasil karya
lukisan cantik dan unik dari bahan dasar kelopak pisang yang sudah di sah kan
hak ciptanya.
tak terlawatkan,Atok Pantur pun ingin mengabadikan foto bersama seniman Bali |
Hari
yang menyenangkan, selain bertemu dengan sosok seniman pertama yang menciptakan
lukisan kelopak pisang, kami juga di berikan 2 buah lukisan hasil karyanya
sebagai kenang-kenangan. Wah, sungguh lelah yang terbayarkan. Tapi bukan hal seperti
itu yang diharapkan, tapi ada sesuatu yang baru dan itu saya temukan.
dan kedua lukisan ini lah, sebagai kenang-kenangan untuk kami |
Tetapi bagi
kalian (pengunjung dan pembaca setia sudut beranda), saya menginfokan ada
kelanjutan bagaian ke II dari cerita perjalanan saya ke desa Petang yang tak
kalah unik dan menariknya.
Jadi,
jangan dilewatkan cerita selanjutnya (Bagian II). Terima kasih. GBU All.
penulis : Virgilius P. Ngalong
Mantap e teman.. terus berkarya.. sya msih tunggu tulisan yg kmaren sa minta tu ee.. 😉
BalasHapusHehehehhe makasih teman... ok. Sabar e,,, butuh wktu lama e,,hahaha
BalasHapus